Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka melalui Surat Keputusan Nomor 46 Tahun 2018 telah
menetapkan Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia atau disebut Hari Sri Sultan
Hamengku Buwono IX (HB IX Day) dilaksanakan pada setiap tanggal 12 April
sebagai hari besar Gerakan Pramuka.
Dasar
pertimbangannya adalah karena jasa-jasa (aim) Sri Sultan Hamengku Buwono IX
yang luar biasa besarnya bagi pendidikan kepanduan di Indonesia telah
membangkitkan semangat nasionalisme untuk bersatu dan merdeka serta mendapat
pengakuan dari dunia Internasional.
Gagasan-gagasan
dalam melaksanakan pembaruan pendidikan kepanduan dipandang sangatlah cocok
untuk diterapkan di berbaqai negara khususnya di negara-negara berkembanq, sehingga
pada masa tersebut (aim) Sri Sultan Hamengku Buwono IX ditetapkan sebagai Pandu
Agung.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut, dipandang perlu untuk melaksanakan suatu kegiatan
mengenang jasa-jasa Bapak Pramuka Indonesia pada setiap tahun guna memberikan
pengetahuan dan pembelajaran kepada anggota Gerakan Pramuka.
Bapak Pramuka Indonesia Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, selain menjadi Sultan Yogyakarta, Wakil
Presiden Republik Indonesia, dan Pahlawan Nasional Indonesia, pun dinobatkan
sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Penobatan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia layak mengingat aktivitasnya
di dunia kepramukaan (kepanduan) sebelum Gerakan Pramuka lahir (sebelum 1961),
saat pendirian Gerakan Pramuka, maupun awal-awal perjalanan Gerakan Pramuka.
Berkat pemikiran dan kebijakan yang diambilnya Gerakan Pramuka bisa menjadi
seperti sekarang ini. Karenanya sejarah kepramukaan di Indonesia tidak bisa
dilepaskan dari sosok Bapak Pramuka Indonesia, Hamengkubuwana IX.
Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili (ibu kota Provinsi Timor Timur; saat ini negara Timor Leste) yang kemudian mengukuhkan gelar Bapak Pramuka Indonesia tersebut. Bahkan beliau pun menerima "Bronze Wolf Award", sebuah penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM). Di mana baru ada empat orang di Indonesia yang menerima penghargaan ini, yakni: Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1973); Abdul Aziz Saleh (1978); John Beng Kiat Liem (1982); dan Letjen TNI (Purn) H Mashudi (1985). Sebelumnya, pada tahun 1972 Sri Sultan pun mendapatkan penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America.
Biografi :
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912 dengan
nama Bendoro Raden Mas Dorodjatun. Hamengkubuwana IX adalah anak
kesembilan dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan Raden Ajeng Kustilah.
Pendidikannya dimulai dari HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di
Bandung. Pada tahun 1930-an ia berkuliah di Rijkuniversiteit (sekarang
Universiteit Leiden), Belanda.
Pada
tanggal 18 Maret 1940, beliau dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta dengan
gelar "Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun
Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin
Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta
Hadiningrat". Beliau adalah Sultan yang menentang penjajahan
Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Di masa pendudukan Jepang,
beliau melarang pengiriman romusha. Saat kemerdekaan RI, beliau bersama Paku
Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik
Indonesia. Saat Agresi Militer Belanda I, beliau pula yang mengundang Presiden
Soekarno untuk mengungsi dan memerintah Indonesia dari Yogyakarta. Pun
Hamengkubuwana IX memiliki peran kunci dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret
1949.
Hamengkubuwana
IX meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76
tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri, Bantul,
DI Yogyakarta.
Peranan dalam Gerakan Pramuka
Sejak
usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan
kepanduan. Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX telah menjadi Pandu Agung
(Pemimpin Kepanduan). Pada tahun 1961, ketika berbagai organisasi
kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden RI saat
itu, Ir. Soekarno, berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan tentang
penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya.
Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden RI membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Kepres Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.
Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden RI membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Kepres Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.
Pada
tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain
dilakukan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan
pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari
Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Ketua
Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).
Sri
Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka
hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963,
1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang
pertama kali, Hamengkubuwono IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang
menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat
sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).
Keberhasilan
Sri Sultan Hamengku Buwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa
peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari
dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Beliau bahkan akhirnya mendapatkan
Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout
Movement (WOSM) pada tahun 1973.
Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM)
kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.
Atas
jasa tersebutlah, Musyawarah
Nasional (Munas)
Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi
Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang
dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.
Riwayat Pendidikan Hamengku
Buwana IX:
1.
Taman kanak-kanak
atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
2.
Eerste Europese
Lagere School (1925)
3.
Hogere Burger
School (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
4.
Rijkuniversiteit
Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) kemudian ekonomi
Jabatan Hamengku
Buwana IX:
1.
Raja Kesultanan
Yogyakarta (1940-1988)
2.
Kepala dan
Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945-1988)
3.
Menteri Negara
pada Kabinet Sjahrir III (1946 - 1947)
4.
Menteri Negara
pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (1947 - 1947 dan 1947 - 1948)
5.
Menteri Negara
pada Kabinet Hatta I (1948 - 1949)
6.
Menteri
Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (1949 - 20
1949)
7.
Menteri Pertahanan
pada masa RIS (1949 - 1950)
8.
Wakil Perdana
Menteri pada Kabinet Natsir (1950 - 1951)
9.
Ketua Dewan
Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
10.
Ketua Dewan
Pariwisata Indonesia (1956)
11.
Ketua Sidang ke 4
ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua
Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
12.
Ketua Federasi
ASEAN Games (1958)
13.
Menteri/Ketua
Badan Pemeriksa Keuangan (1959)
14.
Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka (1961-1974)
15.
Ketua Delegasi
Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
16.
Menteri
Koordinator Pembangunan (1966)
17.
Wakil Perdana
Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
18.
Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka (1968)
19.
Ketua Umum Komite
Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
20. Ketua Delegasi
Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di
California, Amerika Serikat (1968)
21.
Wakil Presiden
Republik Indonesia (1973 - 1978)
Lain-lain:
1.
Pahlawan Nasional
Indonesia (ditetapkan pada 8 Juni 2003)
2.
Bapak Pramuka
Indonesia (ditetapkan pada 1988)
3.
Raja Kesultanan
Yogyakarta terlama (1940-1988)
4.
Gubernur terlama
yang menjabat di Indonesia (1945-1988)
5.
Ketua Kwarnas
Gerakan Pramuka dengan periode terbanyak (4 periode)
6.
Ketua Kwarnas
Gerakan Pramuka dengan masa bakti terlama kedua (13 tahun)
7.
Orang Indonesia
pertama peraih Bronze Wolf Award dari WOSM (1973)
8.
Penerima Silver
World Award dari Boy Scouts of America (1972)
Semoga dengan memperingati Hari Pramuka Indonesia serta mengenal sejarah dan profil singkat Bapak Pramuka Indonesia ini, dapat kita jadikan sebagai sebagai upaya mengapresiasi jasa-jasa (alm) Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang sangat besar bagi pendidikan Kepanduan di Indonesia dan negera berkembang lainnya. (#KK.03.06.0002)
Sumber :
Pramukaria.id
Komentar
Posting Komentar